EDUKASI, BERITA BAIK — Suasana pagi yang cerah di ruang terbuka Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Wado Babel dipenuhi oleh antusiasme 50 peserta yang hadir dalam acara bedah buku “Romansa Kelam di Kampung Ujung”.
Kegiatan ini menghadirkan kumpulan esai unik yang ditulis oleh narapidana kasus narkoba, menggambarkan perjalanan hidup mereka yang penuh liku, sekaligus memperkenalkan budaya daerah melalui bahasa dan logat lokal.
Peserta yang hadir berasal dari berbagai latar belakang, termasuk pengelola komunitas literasi sekolah dan pegiat literasi lokal.
Acara ini dihadiri oleh keynote speaker Bapak Rakhmadi, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang menyampaikan pentingnya literasi dalam melestarikan budaya lokal dan mengangkat harapan dari kisah-kisah hidup yang penuh makna.
“Esai-esai dalam buku ini menunjukkan bahwa bahasa daerah bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga warisan budaya yang harus kita jaga. Terlebih lagi, saat kisah-kisah ini menyentuh aspek-aspek kehidupan yang sarat makna,” ujar Rakhmadi.
Buku “Romansa Kelam di Kampung Ujung” menawarkan lebih dari sekadar kisah pahit. Pembaca diajak merasakan pengalaman narapidana melalui dialog dan narasi yang menggunakan bahasa dan logat asli Bangka Belitung.
Sarmina Mina, salah satu editor buku tersebut, menjelaskan, “Kami sengaja mempertahankan elemen lokalitas dalam esai-esai ini agar pembaca dapat merasakan kejujuran dan kedekatan budaya dengan pengalaman yang diceritakan.”
Sarmina menekankan bahwa buku ini adalah wujud identitas budaya yang kuat, di mana para penulis menemukan kembali jati diri mereka.